Widget HTML #1

Repelita III (1979–1984)

Repelita III (Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga), 1979–1984 merupakan tahap penting dalam strategi pembangunan ekonomi jangka panjang yang dijalankan oleh pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Dalam Repelita III, fokus utama adalah melanjutkan industrialisasi yang telah dimulai pada Repelita II, serta memperkuat dan memperbaiki infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur yang lebih baik diharapkan dapat menciptakan fondasi yang kokoh bagi proses industrialisasi yang sedang berlangsung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

Konteks dan Latar Belakang Repelita III

Pada akhir dekade 1970-an, Indonesia masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor minyak dan gas alam, terutama berkat kenaikan harga minyak dunia pada awal 1970-an. Pendapatan negara dari ekspor minyak memberi peluang besar bagi pemerintah untuk melanjutkan program pembangunan ekonomi, terutama di sektor industri dan infrastruktur. Namun, pada saat yang sama, pemerintah menyadari bahwa ketergantungan pada minyak dan gas alam tidak dapat bertahan lama. Oleh karena itu, melalui Repelita III, pemerintah berupaya memperluas basis ekonomi dengan memperkuat sektor-sektor lain, seperti industri manufaktur, pertanian, dan jasa.

Selain itu, pemerintah Orde Baru juga semakin menyadari pentingnya pemerataan pembangunan. Pada periode ini, ketimpangan antara pembangunan di Pulau Jawa dan wilayah luar Jawa semakin mencolok. Untuk mengatasi ketimpangan ini, Repelita III juga mencakup kebijakan yang lebih terarah pada pengembangan daerah-daerah luar Jawa.

Tujuan Utama Repelita III

Repelita III memiliki beberapa tujuan strategis yang menjadi fokus kebijakan pemerintah, yaitu:

  1. Melanjutkan Proses Industrialisasi: Salah satu tujuan utama Repelita III adalah melanjutkan industrialisasi dengan memperluas sektor industri yang telah berkembang selama Repelita II. Pemerintah berusaha mendorong pertumbuhan industri manufaktur, termasuk industri berat, industri kimia, dan industri mesin. Pengembangan sektor industri diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, meningkatkan nilai tambah produk, serta mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor barang-barang manufaktur.

  2. Memperbaiki Infrastruktur: Infrastruktur yang memadai menjadi salah satu prasyarat utama bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, Repelita III memprioritaskan pembangunan infrastruktur transportasi, komunikasi, energi, dan fasilitas umum lainnya. Infrastruktur ini diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi di berbagai sektor, terutama dalam mendukung distribusi barang dan jasa serta memperbaiki aksesibilitas di daerah-daerah yang sebelumnya kurang terjangkau.

  3. Mendorong Pemerataan Pembangunan: Dalam Repelita III, pemerintah semakin menekankan pentingnya pemerataan pembangunan antarwilayah. Wilayah luar Jawa, yang selama ini tertinggal dalam hal pembangunan infrastruktur dan industrialisasi, mulai mendapatkan perhatian lebih besar. Pemerintah meluncurkan program-program khusus untuk mempercepat pembangunan di luar Jawa, dengan tujuan mengurangi kesenjangan ekonomi antara Jawa dan luar Jawa.

  4. Meningkatkan Ketahanan Pangan: Meskipun industrialisasi menjadi fokus utama, sektor pertanian tetap menjadi bagian penting dari kebijakan ekonomi dalam Repelita III. Pemerintah bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan nasional dan mencapai swasembada pangan, terutama beras. Upaya ini dilakukan melalui peningkatan produktivitas pertanian, rehabilitasi lahan pertanian, dan pengembangan infrastruktur pertanian seperti irigasi dan gudang penyimpanan.

  5. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial: Repelita III juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat melalui program-program di bidang kesehatan, pendidikan, dan penyediaan layanan sosial dasar. Pembangunan sektor sosial ini penting untuk mendukung industrialisasi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Kebijakan dan Program Utama dalam Repelita III

Untuk mencapai tujuan-tujuan strategis tersebut, pemerintah Orde Baru meluncurkan sejumlah kebijakan dan program yang mendukung industrialisasi, pembangunan infrastruktur, dan pemerataan pembangunan. Beberapa kebijakan dan program penting yang dilaksanakan dalam Repelita III antara lain:

  1. Pengembangan Industri Berat dan Menengah:

    • Pada masa Repelita III, pemerintah mulai mengembangkan industri berat sebagai kelanjutan dari pengembangan industri ringan yang dilakukan pada Repelita II. Industri berat meliputi sektor-sektor seperti baja, kimia, pupuk, dan mesin. Pengembangan industri berat diharapkan dapat menciptakan struktur ekonomi yang lebih kuat dan mengurangi ketergantungan pada impor barang-barang industri.
    • Selain itu, pemerintah juga mendorong pertumbuhan industri menengah, termasuk industri yang memproduksi barang-barang modal (capital goods) dan barang setengah jadi, seperti mesin dan peralatan manufaktur. Industri ini menjadi pendukung penting bagi sektor-sektor industri lainnya.
  2. Pembangunan Infrastruktur Transportasi:

    • Pembangunan jaringan jalan raya, jembatan, pelabuhan, dan bandara menjadi prioritas utama dalam Repelita III. Infrastruktur transportasi yang memadai sangat penting untuk mendukung distribusi barang dan mobilitas tenaga kerja. Pembangunan infrastruktur ini juga diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas ke daerah-daerah terpencil dan mempercepat proses integrasi ekonomi antarwilayah.
    • Selain transportasi darat, pembangunan pelabuhan laut dan bandara diperluas untuk mendukung kegiatan ekspor-impor serta meningkatkan arus penumpang dan barang antarwilayah di Indonesia.
  3. Pengembangan Infrastruktur Energi:

    • Untuk mendukung pertumbuhan industri, pemerintah Orde Baru juga memfokuskan perhatian pada pembangunan infrastruktur energi, terutama pembangkit listrik dan jaringan distribusi listrik. Peningkatan kapasitas pembangkit listrik dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat akibat industrialisasi. Selain itu, jaringan listrik diperluas ke daerah-daerah yang sebelumnya belum terjangkau.
    • Pemerintah juga mulai mengeksplorasi potensi sumber energi alternatif, termasuk tenaga air dan tenaga panas bumi, untuk mendiversifikasi sumber energi nasional.
  4. Pembangunan Kawasan Industri di Luar Jawa:

    • Sebagai bagian dari upaya pemerataan pembangunan, Repelita III mencakup program untuk mempercepat pembangunan industri di luar Pulau Jawa. Pemerintah mulai membangun kawasan-kawasan industri di daerah-daerah yang memiliki potensi ekonomi, seperti Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Kawasan-kawasan industri ini dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai, termasuk listrik, air, dan transportasi, untuk menarik investasi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di luar Jawa.
  5. Pengembangan Sumber Daya Manusia:

    • Salah satu komponen penting dalam proses industrialisasi adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, Repelita III menekankan pada peningkatan kualitas pendidikan, terutama pendidikan teknik dan kejuruan, guna mencetak tenaga kerja yang terampil dan siap bekerja di sektor industri. Program pelatihan teknis dan manajerial juga diperluas untuk meningkatkan kapasitas tenaga kerja di berbagai sektor.
    • Selain itu, pemerintah juga memperluas akses terhadap pendidikan dasar dan menengah di daerah-daerah terpencil, sebagai bagian dari upaya pemerataan pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia secara keseluruhan.
  6. Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan:

    • Untuk mencapai swasembada pangan, pemerintah melanjutkan program-program intensifikasi pertanian yang telah dimulai pada masa sebelumnya, seperti program BIMAS (Bimbingan Massal) dan Inmas (Intensifikasi Massal). Program ini bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian melalui penggunaan benih unggul, pupuk, dan teknologi pertanian modern.
    • Pemerintah juga melanjutkan pembangunan infrastruktur pertanian, terutama saluran irigasi, gudang penyimpanan, dan fasilitas distribusi hasil pertanian. Hal ini dilakukan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan mendukung sektor pertanian sebagai penopang utama ekonomi pedesaan.
  7. Peningkatan Kesejahteraan Sosial:

    • Repelita III juga memperhatikan peningkatan kesejahteraan sosial melalui penyediaan layanan kesehatan yang lebih baik, termasuk pembangunan Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) di seluruh Indonesia. Program imunisasi dan layanan kesehatan ibu dan anak juga diperluas untuk menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
    • Di sektor pendidikan, pemerintah terus membangun sekolah-sekolah baru di daerah-daerah terpencil dan meningkatkan kualitas guru. Program beasiswa juga diperkenalkan untuk membantu siswa dari keluarga kurang mampu agar dapat melanjutkan pendidikan.

Hasil dan Dampak Repelita III

Repelita III berhasil membawa sejumlah kemajuan dalam berbagai sektor, meskipun juga menghadapi beberapa tantangan. Berikut adalah hasil-hasil penting yang dicapai selama Repelita III:

  1. Pertumbuhan Industri yang Berkelanjutan:

    • Proses industrialisasi berlanjut dengan pesat selama Repelita III, terutama di sektor industri berat dan menengah. Industri baja, pupuk, dan kimia mulai berkembang, meskipun pada skala yang masih relatif kecil. Industri-industri ini berhasil menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan nilai tambah pada produk-produk dalam negeri.
  2. Pembangunan Infrastruktur yang Signifikan:

    • Pembangunan infrastruktur, terutama jalan raya, jembatan, pelabuhan, dan bandara, berhasil meningkatkan konektivitas antarwilayah. Daerah-daerah yang sebelumnya sulit diakses mulai mendapatkan akses yang lebih baik ke pasar dan layanan publik. Infrastruktur energi juga berkembang pesat dengan peningkatan kapasitas listrik dan perluasan jaringan distribusi.
  3. Peningkatan Ketahanan Pangan:

    • Melalui program intensifikasi pertanian, Indonesia berhasil meningkatkan produksi pangan, terutama beras. Pada akhir Repelita III, Indonesia mencapai swasembada beras, yang merupakan pencapaian besar dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional.
  4. Pemerataan Pembangunan:

    • Meskipun masih ada kesenjangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa, Repelita III berhasil memulai proses pemerataan pembangunan dengan mempercepat pembangunan infrastruktur dan industri di luar Jawa. Kawasan-kawasan industri di luar Jawa mulai berkembang, meskipun kontribusi ekonomi luar Jawa terhadap PDB nasional masih relatif kecil.
  5. Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat:

    • Program-program di bidang kesehatan dan pendidikan berhasil meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Angka kematian bayi mulai menurun, sementara akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan dasar meningkat di seluruh Indonesia.

Tantangan dan Kelemahan

Meskipun Repelita III mencatat sejumlah pencapaian, ada beberapa tantangan dan kelemahan yang muncul, antara lain:

  1. Ketergantungan pada Minyak:

    • Meskipun pemerintah berusaha mendiversifikasi ekonomi, ketergantungan Indonesia pada pendapatan dari minyak dan gas alam tetap tinggi. Ini membuat ekonomi Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga minyak dunia, yang mulai mengalami penurunan pada awal 1980-an.
  2. Kesenjangan Pembangunan:

    • Pemerataan pembangunan masih menjadi tantangan besar, dengan Jawa tetap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada kemajuan di luar Jawa, kesenjangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa masih signifikan.
  3. Kualitas Tenaga Kerja:

    • Meskipun upaya peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dilakukan, tenaga kerja Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal keterampilan yang diperlukan untuk mendukung industrialisasi yang lebih maju. Kekurangan tenaga kerja terampil menjadi salah satu hambatan dalam pengembangan sektor industri yang lebih kompleks.

Kesimpulan

Repelita III (1979–1984) merupakan periode penting dalam sejarah pembangunan ekonomi Indonesia, di mana pemerintah Orde Baru melanjutkan proses industrialisasi dan memperkuat infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Meskipun berhasil mencatat sejumlah pencapaian, terutama dalam hal pengembangan industri, pembangunan infrastruktur, dan peningkatan ketahanan pangan, tantangan dalam hal pemerataan pembangunan dan ketergantungan pada minyak tetap menjadi isu yang harus diatasi di masa-masa berikutnya.