Repelita I (1969–1974)
Repelita I (Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama), 1969–1974, merupakan langkah awal dari kebijakan pembangunan ekonomi nasional yang dijalankan oleh pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Program ini dirancang setelah stabilitas politik dan ekonomi mulai dipulihkan pasca kekacauan politik pada akhir pemerintahan Presiden Sukarno.
Repelita I diluncurkan pada 1 April 1969 dengan tujuan utama memperbaiki kondisi ekonomi yang saat itu sangat terpuruk. Pada periode tersebut, Indonesia menghadapi masalah besar, seperti inflasi yang tinggi (mencapai lebih dari 600% pada pertengahan 1960-an), rendahnya pendapatan per kapita, ketergantungan yang tinggi pada sektor pertanian, serta kurangnya infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan fasilitas umum lainnya.
Tujuan Utama Repelita I
Fokus dari Repelita I adalah pada pembangunan infrastruktur dasar dan pengembangan sektor pertanian, terutama untuk meningkatkan produksi pangan. Tujuan-tujuan strategis yang ingin dicapai meliputi:
Stabilisasi Ekonomi dan Politik: Repelita I bertujuan untuk menstabilkan kondisi ekonomi dan politik yang kacau pasca pemerintahan Orde Lama. Melalui kebijakan ekonomi yang terencana dan terkoordinasi, pemerintah Orde Baru ingin menurunkan inflasi, memperbaiki neraca pembayaran, dan meningkatkan kepercayaan investor baik domestik maupun asing. Stabilitas politik juga dikejar melalui konsolidasi kekuasaan dan penekanan terhadap oposisi.
Pembangunan Infrastruktur Dasar:
- Transportasi: Pembangunan jaringan jalan, pelabuhan, dan bandara menjadi prioritas utama untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah. Infrastruktur transportasi dianggap vital untuk mendukung distribusi barang, terutama hasil pertanian, serta memperlancar mobilitas manusia.
- Irigasi: Pembangunan dan perbaikan saluran irigasi menjadi sangat penting untuk mendukung sektor pertanian, terutama dalam meningkatkan produksi pangan, seperti padi. Irigasi yang baik diharapkan dapat mengurangi ketergantungan petani pada cuaca dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian.
- Listrik dan Air Bersih: Penyediaan listrik dan air bersih juga termasuk dalam prioritas pembangunan infrastruktur dasar pada Repelita I, walaupun penyebarannya masih terbatas pada wilayah-wilayah tertentu.
Pengembangan Sektor Pertanian: Pertanian menjadi sektor andalan dalam Repelita I. Dengan sekitar 70% penduduk Indonesia hidup di pedesaan dan menggantungkan hidup pada pertanian, sektor ini menjadi fokus utama dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan ketahanan pangan nasional.
- Program Peningkatan Produksi Pangan: Pemerintah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya padi. Salah satu program yang terkenal adalah Program Bimbingan Massal (BIMAS), yang bertujuan membantu petani melalui penyediaan benih unggul, pupuk, pestisida, dan teknologi pertanian modern. Program BIMAS berfokus pada peningkatan hasil per hektar lahan melalui penggunaan input pertanian yang lebih efisien.
- Rehabilitasi Lahan Pertanian: Selain itu, pemerintah juga memprioritaskan perbaikan lahan-lahan pertanian yang rusak atau kurang produktif, termasuk lahan-lahan yang terkena erosi atau kekeringan.
- Pembangunan Perdesaan: Dalam konteks pembangunan perdesaan, Repelita I juga bertujuan untuk memperkuat sarana-sarana produksi di desa, seperti pembangunan jalan desa, pengadaan alat-alat pertanian, serta penyediaan sarana kesehatan dan pendidikan dasar bagi masyarakat pedesaan.
Peningkatan Kesejahteraan Sosial:
- Pendidikan: Repelita I juga memperhatikan sektor pendidikan, terutama di daerah-daerah pedesaan. Tujuannya adalah memperluas akses terhadap pendidikan dasar sehingga anak-anak di pedesaan dapat mendapatkan pendidikan yang layak. Pembangunan sekolah dasar dan penyediaan guru di wilayah terpencil menjadi salah satu prioritas.
- Kesehatan: Dalam bidang kesehatan, pemerintah fokus pada penyediaan layanan kesehatan dasar, dengan membangun pusat-pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di berbagai daerah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, terutama di perdesaan. Program imunisasi juga diperkenalkan untuk mengurangi tingkat kematian akibat penyakit yang dapat dicegah.
Kebijakan dan Program yang Dilaksanakan dalam Repelita I
Program Bimbingan Massal (BIMAS): Program BIMAS adalah salah satu program yang paling menonjol dalam Repelita I, bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian melalui modernisasi teknik bertani. Pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk benih, pupuk, alat-alat pertanian, dan pelatihan kepada para petani. Program ini juga mendorong penggunaan teknologi pertanian yang lebih maju seperti varietas padi unggul (misalnya, padi IR-64), serta memperkenalkan sistem intensifikasi pertanian.
Pembiayaan dan Pendanaan: Pembiayaan untuk pelaksanaan Repelita I sebagian besar berasal dari bantuan luar negeri, terutama dari lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia, serta negara-negara donor seperti Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa Barat. Bantuan tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur dasar serta berbagai program ekonomi lainnya. Selain itu, pemerintah juga mulai melakukan reformasi fiskal untuk meningkatkan penerimaan negara, salah satunya melalui peningkatan efisiensi sistem perpajakan.
Pelaksanaan Proyek-proyek Infrastruktur: Salah satu proyek besar yang dilaksanakan selama Repelita I adalah pembangunan jalan-jalan nasional dan irigasi di berbagai daerah. Proyek ini melibatkan kerjasama dengan kontraktor asing serta perusahaan-perusahaan dalam negeri. Di sektor listrik, pemerintah mulai membangun proyek pembangkit listrik dan memperluas jaringan listrik ke daerah-daerah yang belum terjangkau, meskipun skalanya masih terbatas.
Hasil dan Dampak Repelita I
Peningkatan Produksi Pertanian: Repelita I berhasil meningkatkan produksi padi di Indonesia, meskipun target swasembada pangan belum tercapai sepenuhnya. Program BIMAS memberikan dampak positif terhadap produktivitas pertanian, terutama di Pulau Jawa, walaupun hasilnya belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Program ini juga menciptakan perubahan dalam cara bertani, dengan semakin banyak petani yang menggunakan teknologi pertanian modern.
Pembangunan Infrastruktur: Pembangunan jalan, jembatan, dan saluran irigasi selama Repelita I berhasil memperbaiki konektivitas antarwilayah dan meningkatkan akses terhadap pasar bagi masyarakat pedesaan. Hal ini secara bertahap mempercepat mobilisasi barang dan manusia, serta memperbaiki distribusi hasil-hasil pertanian.
Peningkatan Stabilitas Ekonomi: Inflasi yang sebelumnya sangat tinggi berhasil diturunkan menjadi lebih terkendali, meskipun ekonomi Indonesia masih rentan terhadap fluktuasi harga komoditas di pasar internasional. Stabilitas ekonomi ini memberikan fondasi yang lebih kuat bagi pemerintah untuk melanjutkan program pembangunan pada Repelita berikutnya.
Tantangan dan Kelemahan
Meskipun Repelita I berhasil membawa sejumlah kemajuan, masih banyak tantangan yang dihadapi:
Distribusi yang Tidak Merata: Hasil pembangunan tidak dirasakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan masih terpusat di Pulau Jawa, sementara daerah-daerah lain, terutama di luar Jawa, Sumatra, dan Kalimantan, masih tertinggal dalam hal infrastruktur dan pelayanan sosial.
Keterbatasan Sumber Daya Manusia: Kurangnya tenaga ahli dan keterampilan teknis menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan beberapa proyek pembangunan, terutama di daerah-daerah terpencil.
Ketergantungan pada Bantuan Luar Negeri: Sebagian besar pendanaan untuk Repelita I berasal dari bantuan luar negeri, yang membuat ekonomi Indonesia sangat rentan terhadap perubahan kebijakan negara-negara donor.
Secara keseluruhan, Repelita I menandai awal dari proses pembangunan ekonomi yang lebih terstruktur di Indonesia, meletakkan dasar bagi industrialisasi, serta memperkuat infrastruktur dasar yang sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.