Widget HTML #1

Repelita II (1974–1979)

Repelita II (Rencana Pembangunan Lima Tahun Kedua), 1974–1979, merupakan kelanjutan dari upaya pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto untuk membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat dan diversifikasi ekonomi setelah berhasil menstabilkan ekonomi melalui Repelita I. Fokus utama Repelita II adalah penguatan sektor industri ringan dan diversifikasi ekonomi, sehingga perekonomian Indonesia tidak lagi terlalu bergantung pada sektor pertanian, yang merupakan tulang punggung ekonomi selama Repelita I.

Pada periode ini, pemerintah berusaha meningkatkan peran sektor industri dalam perekonomian nasional untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendekatan yang lebih beragam diambil, dengan mendorong pembangunan di sektor-sektor non-pertanian, terutama industri, guna menciptakan struktur ekonomi yang lebih seimbang.

Konteks dan Latar Belakang

Setelah pelaksanaan Repelita I, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan, terutama di sektor pertanian, yang berhasil meningkatkan produksi pangan, meskipun swasembada pangan belum sepenuhnya tercapai. Namun, pemerintah menyadari bahwa ketergantungan yang terlalu besar pada sektor pertanian dapat menyebabkan risiko ekonomi jangka panjang, terutama mengingat adanya faktor eksternal yang mempengaruhi produksi pertanian seperti cuaca dan fluktuasi harga komoditas pertanian di pasar internasional.

Pada awal 1970-an, Indonesia juga mendapatkan keuntungan dari peningkatan harga minyak dunia, terutama setelah krisis minyak dunia pada 1973. Sebagai anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Indonesia mengalami peningkatan pendapatan negara dari ekspor minyak dan gas. Pendapatan ini digunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan, termasuk industrialisasi, yang menjadi fokus utama dalam Repelita II.

Tujuan Utama Repelita II

Repelita II memiliki beberapa tujuan strategis yang bertujuan untuk memperkuat sektor industri dan mendiversifikasi basis ekonomi Indonesia:

  1. Penguatan Sektor Industri: Fokus utama Repelita II adalah mengembangkan sektor industri, terutama industri ringan yang meliputi manufaktur barang-barang konsumen, seperti tekstil, makanan, minuman, dan produk-produk rumah tangga. Pengembangan industri ini diharapkan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, meningkatkan nilai tambah produk, serta mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor barang-barang manufaktur.

  2. Diversifikasi Ekonomi: Pemerintah bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada sektor pertanian dan minyak dengan mengembangkan sektor-sektor ekonomi lainnya, termasuk industri pengolahan, industri kecil dan menengah, serta sektor jasa. Dengan mendiversifikasi ekonomi, diharapkan struktur ekonomi Indonesia menjadi lebih seimbang dan tahan terhadap fluktuasi harga komoditas di pasar global.

  3. Pembangunan Infrastruktur Industri: Pembangunan infrastruktur untuk mendukung industrialisasi menjadi prioritas, termasuk pembangunan kawasan industri, fasilitas pelabuhan, jaringan transportasi, dan energi. Infrastruktur ini penting untuk memfasilitasi pertumbuhan industri serta memperkuat konektivitas antara wilayah yang berpotensi mengembangkan sektor industri.

  4. Peningkatan Sumber Daya Manusia: Sebagai bagian dari upaya industrialisasi, Repelita II juga menekankan pada pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan, terutama di bidang teknik dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri. Program pelatihan tenaga kerja difokuskan untuk meningkatkan kapasitas teknis dan manajerial guna mendukung pertumbuhan industri.

  5. Perbaikan Kesejahteraan Masyarakat: Repelita II tetap mempertahankan fokus pada upaya peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat, terutama di bidang kesehatan, pendidikan, dan pembangunan perdesaan. Meskipun sektor industri menjadi fokus, pengentasan kemiskinan dan pemerataan hasil pembangunan masih menjadi prioritas.

Kebijakan dan Program Utama dalam Repelita II

Untuk mencapai tujuan-tujuan strategis di atas, pemerintah Orde Baru meluncurkan sejumlah kebijakan dan program yang mendukung penguatan sektor industri serta diversifikasi ekonomi. Beberapa kebijakan penting yang dilaksanakan selama Repelita II antara lain:

  1. Pembangunan Kawasan Industri: Salah satu langkah konkret pemerintah dalam pengembangan sektor industri adalah pembangunan kawasan-kawasan industri di berbagai wilayah strategis di Indonesia. Kawasan industri ini dirancang untuk menjadi pusat-pusat produksi manufaktur dengan fasilitas yang memadai, seperti akses ke listrik, air, transportasi, dan pelabuhan. Contoh kawasan industri yang dibangun pada periode ini termasuk Kawasan Industri Pulogadung di Jakarta dan kawasan-kawasan industri di Surabaya, Medan, dan Semarang.

  2. Pengembangan Industri Pengolahan: Sektor industri pengolahan, terutama yang berbasis pada hasil pertanian dan sumber daya alam, mulai mendapat perhatian khusus. Pemerintah mendorong investasi dalam industri pengolahan yang bertujuan untuk menambah nilai pada hasil-hasil pertanian dan sumber daya alam, seperti pengolahan minyak kelapa sawit, karet, kayu, dan mineral. Ini dilakukan untuk mengurangi ekspor bahan mentah dan meningkatkan ekspor produk jadi.

  3. Dukungan bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM): Selain industri besar, pemerintah juga memberikan perhatian pada industri kecil dan menengah (IKM) sebagai bagian dari strategi diversifikasi ekonomi. IKM dianggap sebagai sektor yang memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja dan berperan dalam pembangunan ekonomi lokal. Pemerintah menyediakan berbagai bentuk bantuan bagi IKM, termasuk bantuan teknis, pelatihan, akses terhadap modal, dan kemudahan dalam mendirikan usaha.

  4. Peningkatan Produksi Minyak dan Gas: Di sektor energi, pemerintah Orde Baru mengoptimalkan keuntungan dari kenaikan harga minyak dengan meningkatkan produksi minyak dan gas alam. Pendapatan dari sektor minyak dan gas ini digunakan untuk membiayai berbagai proyek pembangunan, termasuk industrialisasi dan pembangunan infrastruktur. Pada masa ini, minyak dan gas memberikan kontribusi yang signifikan terhadap APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan pertumbuhan ekonomi.

  5. Reformasi Pajak dan Investasi: Pemerintah melakukan berbagai reformasi di bidang fiskal dan pajak untuk menarik investasi dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu langkah penting adalah memberikan insentif pajak bagi perusahaan-perusahaan yang berinvestasi di sektor-sektor industri yang dianggap strategis. Selain itu, pemerintah juga menyederhanakan prosedur perizinan dan regulasi yang memudahkan investasi.

  6. Pembangunan Infrastruktur: Pembangunan jalan raya, pelabuhan, bandara, dan jaringan listrik terus dilanjutkan selama Repelita II. Infrastruktur ini penting untuk mendukung pertumbuhan industri serta meningkatkan konektivitas antar wilayah. Pembangunan infrastruktur di daerah-daerah industri baru juga diharapkan dapat mempercepat industrialisasi di luar Pulau Jawa.

  7. Program Pendidikan dan Pelatihan: Pemerintah memperluas akses terhadap pendidikan teknik dan vokasional untuk mencetak tenaga kerja yang terampil di bidang industri. Selain itu, program pelatihan teknis dan manajerial juga diperluas untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di sektor industri. Pendidikan vokasional dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia dalam menghadapi tuntutan industrialisasi.

Hasil dan Dampak dari Repelita II

Repelita II membawa sejumlah kemajuan dalam hal pembangunan ekonomi dan diversifikasi basis ekonomi Indonesia. Beberapa hasil signifikan yang dicapai selama Repelita II antara lain:

  1. Pertumbuhan Industri yang Pesat: Sektor industri mengalami pertumbuhan yang signifikan selama Repelita II, terutama industri-industri ringan seperti tekstil, makanan dan minuman, serta barang-barang konsumen lainnya. Industri-industri ini mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan berkontribusi terhadap peningkatan nilai tambah produk nasional.

  2. Diversifikasi Ekonomi: Ketergantungan ekonomi Indonesia pada sektor pertanian mulai berkurang seiring dengan pertumbuhan sektor industri. Pada akhir Repelita II, sektor industri mulai mengambil porsi yang lebih besar dalam PDB (Produk Domestik Bruto), meskipun sektor pertanian tetap menjadi andalan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, terutama di pedesaan.

  3. Peningkatan Pendapatan Negara dari Minyak dan Gas: Pendapatan negara dari ekspor minyak dan gas alam meningkat secara signifikan, memberikan sumber pendanaan yang besar bagi proyek-proyek pembangunan nasional. Namun, hal ini juga menciptakan ketergantungan baru pada sektor energi, terutama pada minyak.

  4. Perbaikan Kesejahteraan Sosial: Program-program pembangunan infrastruktur dan peningkatan industri berhasil menciptakan lapangan kerja baru, terutama di wilayah perkotaan. Selain itu, peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan juga memperbaiki kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

  5. Penguatan Infrastruktur Nasional: Pembangunan infrastruktur terus berlanjut, memperkuat jaringan transportasi dan logistik di seluruh negeri. Kawasan-kawasan industri yang dibangun selama Repelita II menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di berbagai wilayah.

Tantangan dan Kelemahan

Meskipun Repelita II mencatat sejumlah pencapaian, ada beberapa tantangan dan kelemahan yang muncul, antara lain:

  1. Kesenjangan Pembangunan: Meskipun sektor industri berkembang pesat, pembangunan industri cenderung terpusat di wilayah-wilayah tertentu, terutama di Pulau Jawa. Hal ini menyebabkan kesenjangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa, yang masih mengandalkan sektor pertanian tradisional.

  2. Ketergantungan pada Minyak dan Gas: Meskipun diversifikasi ekonomi mulai berjalan, ketergantungan pada pendapatan dari sektor minyak dan gas tetap tinggi. Hal ini membuat perekonomian Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga minyak dunia, yang bisa berdampak pada stabilitas anggaran negara.

  3. Kurangnya Kualitas Tenaga Kerja: Meskipun ada upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui pendidikan teknik dan pelatihan, kualitas sumber daya manusia masih belum memadai untuk mendukung pertumbuhan industri yang lebih maju.

Secara keseluruhan, Repelita II menandai periode penting dalam upaya pemerintah Orde Baru untuk mengembangkan sektor industri dan mendiversifikasi ekonomi, meletakkan dasar yang kuat bagi industrialisasi lebih lanjut di Indonesia pada tahun-tahun berikutnya.