Perjalanan Incognito Presiden Soeharto: Menyerap Aspirasi Rakyat
Kamu mungkin tahu bahwa Presiden Soeharto dikenal dengan pendekatan kepemimpinan yang unik. Salah satunya adalah perjalanan incognito yang dilakukannya ke berbagai daerah. Dalam perjalanan ini, Soeharto keluar masuk desa tanpa pengawalan selama berhari-hari untuk melihat langsung program-program yang dilaksanakan pemerintah dan menyerap aspirasi masyarakat.
Try Sutrisno, yang saat itu menjadi ajudan presiden, mengaku sempat khawatir saat Pak Harto berencana berkeliling ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat secara diam-diam. Anggota rombongan terbatas, yang terdiri dari Try Sutrisno, Dan Paspampres Kolonel Munawar, Komandan Pengawal, Dokter Mardjono, dan mekanik Biyanto. "Perjalanan itu berlangsung selama dua pekan dan bersifat rahasia. Bahkan Panglima ABRI pun tidak diberitahu. Hanya kalangan terbatas yang boleh tahu, termasuk Ketua G-I/S Intel Hankam Mayjen TNI Benny Moerdani," ungkap Sutrisno.
Selama perjalanan, Soeharto dan rombongan tidak menikmati kemewahan. Mereka tidak pernah makan di restoran, melainkan membawa beras dari Jakarta. Ibu Tien, istri Soeharto, membekali mereka sambal teri dan kering tempe. Untuk tempat menginap, mereka tidak memilih hotel, tetapi tinggal di rumah kepala desa atau penduduk setempat. "Benar-benar prihatin," kata Sutrisno, menambahkan bahwa Pak Harto sangat hafal lika-liku jalan di Jawa Tengah berkat pengalaman masa lalunya sebagai Pangdam IV Diponegoro.
Sutrisno, yang mengemudikan mobil dalam perjalanan itu, mengingat momen ketika mereka salah jalan. "Tiba di suatu persimpangan, tanpa bertanya saya jalan terus, ternyata saya salah jalan tetapi Pak Harto tidak marah dan hanya tersenyum," ceritanya.
Meskipun rahasia, perjalanan incognito ini akhirnya bocor juga. Saat blusukan di Jawa Timur, beberapa warga desa melihat sosok presiden dan melaporkannya kepada aparat setempat, yang membuat rombongan dicurigai. Sutrisno kemudian menjelaskan situasi tersebut kepada para pejabat yang merasa kaget karena tidak diberi tahu, sehingga mereka tidak dapat memberikan sambutan yang seharusnya kepada Presiden Soeharto.
"Saya menjadi sasaran omelan mereka yang merasa tidak diberi kesempatan untuk menyambut presiden dengan semestinya. Padahal, semua ini adalah kemauan Pak Harto," ungkap pensiunan jenderal TNI itu.
Hasil dari perjalanan incognito dicatat dengan cermat oleh Pak Harto. Semua temuan tersebut dijadikan masukan untuk mengetahui daerah-daerah yang telah berhasil dan yang masih perlu peningkatan, yang kemudian diperiksa ulang dalam rapat kabinet untuk memastikan tidak ada menteri yang berbohong.
Perjalanan rahasia itu berakhir di Istana Cipanas. Kelelahan menghampiri semua anggota rombongan setelah dua pekan berkeliling desa. Di akhir perjalanan, Pak Harto meminta anak buahnya untuk makan terlebih dahulu sebelum dirinya. “Itulah good leadership yang saya warisi dari Pak Harto sebagai komandan pasukan. Beliau mendahulukan anak buah dalam hal-hal mendasar, seperti soal makan,” tutup Try Sutrisno, yang kini aktif sebagai Ketua Umum Prima, Persahabatan RI-Malaysia.