Keberhasilan Program Irigasi Diera Orde Baru
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu pilar utama dalam upaya memperkuat ekonomi nasional. Di antara berbagai sektor infrastruktur yang dibangun, pembangunan irigasi menempati posisi sentral, khususnya dalam rangka mencapai swasembada pangan. Hal ini sejalan dengan visi Presiden Soeharto yang melihat sektor pertanian sebagai tulang punggung ekonomi nasional, terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk yang terus berkembang.
Salah satu program unggulan yang diluncurkan pada era Soeharto untuk mendukung upaya peningkatan produksi pangan adalah Gerakan Nasional Peningkatan Produksi Padi (GN-PPP) pada tahun 1984. Program ini bertujuan untuk meningkatkan hasil panen padi secara nasional melalui penerapan teknologi pertanian modern, pemberian dukungan pupuk dan bibit unggul, serta yang terpenting, melalui perbaikan dan pengembangan sistem irigasi di seluruh Indonesia. Melalui GN-PPP, pemerintah berharap dapat mendorong efisiensi penggunaan air dan memperbaiki metode tanam yang sebelumnya masih banyak bergantung pada pola tradisional.
Dalam rangka mendukung program ini, pemerintah meluncurkan berbagai proyek besar pembangunan irigasi, yang salah satunya adalah Waduk Jatiluhur di Jawa Barat. Waduk ini, yang selesai dibangun pada pertengahan 1980-an, merupakan salah satu proyek irigasi terbesar di Asia Tenggara. Selain berfungsi sebagai penyedia air irigasi untuk lebih dari 300.000 hektar lahan pertanian di wilayah sekitarnya, Waduk Jatiluhur juga berperan penting dalam pengendalian banjir, penyediaan air bersih, dan pembangkit listrik tenaga air. Proyek ini menjadi simbol ambisi pemerintahan Soeharto dalam memajukan sektor pertanian melalui pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.
Tidak hanya Waduk Jatiluhur, di berbagai daerah lainnya, pemerintah juga membangun sejumlah bendungan, waduk, dan jaringan irigasi yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Misalnya, Bendungan Saguling di Jawa Barat, Bendungan Karang Kates di Jawa Timur, dan Bendungan Kedungombo di Jawa Tengah. Semua proyek ini dirancang untuk memperbaiki distribusi air bagi lahan-lahan pertanian yang kerap kali mengalami kekeringan, terutama di musim kemarau.
Manfaat dari pembangunan infrastruktur irigasi ini dirasakan oleh petani secara langsung. Mereka tidak hanya memperoleh pasokan air yang lebih teratur, tetapi juga mampu meningkatkan produktivitas lahan mereka, yang sebelumnya sering kali terhambat oleh ketergantungan pada cuaca. Hasil pertanian meningkat, dan Indonesia berhasil mencapai swasembada pangan, khususnya dalam komoditas beras, pada pertengahan 1980-an—sebuah pencapaian besar yang diakui oleh komunitas internasional. Pada masa itu, Indonesia bahkan sempat menjadi negara pengekspor beras, sesuatu yang dianggap mustahil di masa sebelumnya.
Namun, di balik berbagai keberhasilan tersebut, proyek-proyek pembangunan irigasi pada era Soeharto juga menimbulkan sejumlah kontroversi dan tantangan. Salah satu isu utama adalah dampak lingkungan yang dihasilkan oleh pembangunan waduk dan bendungan besar. Pembangunan proyek-proyek tersebut sering kali mengakibatkan penggusuran masyarakat setempat, terutama di daerah pedesaan, serta perubahan ekosistem yang signifikan. Banyak komunitas lokal yang kehilangan akses terhadap tanah mereka, yang sebelumnya digunakan untuk bercocok tanam atau tinggal. Meski pemerintah berupaya memberikan kompensasi, dampak sosial dan ekonomi dari proyek-proyek besar ini tetap menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
Selain itu, masalah manajemen air juga muncul di beberapa tempat. Meskipun irigasi dirancang untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air, beberapa proyek irigasi gagal berfungsi secara optimal akibat kurangnya perawatan dan pengelolaan yang baik. Beberapa daerah justru mengalami kelebihan pasokan air, yang menyebabkan banjir, sementara di daerah lain, distribusi air tidak merata.
Kendati demikian, secara keseluruhan, pembangunan irigasi pada era Presiden Soeharto memberikan kontribusi yang sangat besar bagi peningkatan produktivitas pertanian di Indonesia. Keberhasilan Indonesia dalam mencapai swasembada pangan pada masa itu merupakan bukti nyata dari efektivitas kebijakan dan program yang diterapkan oleh pemerintahan Soeharto. Proyek-proyek irigasi ini tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan pangan nasional, tetapi juga memperkuat perekonomian pedesaan dan mendorong pembangunan regional yang lebih merata.
Melihat kembali dari perspektif saat ini, infrastruktur irigasi yang dibangun pada masa Orde Baru tetap menjadi aset penting bagi sektor pertanian Indonesia. Namun, tantangan ke depan adalah bagaimana memastikan infrastruktur ini dapat terus berfungsi dengan baik melalui pemeliharaan yang berkelanjutan, sekaligus mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan oleh proyek-proyek besar tersebut. Pada akhirnya, pembangunan infrastruktur yang baik harus mampu menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan keadilan sosial.